About

Email : Kritik dan Sarannya ditunggu d.haryanto88@gmail.com

Selasa, 29 April 2014

Materi Untuk NDP (Nilai Dasar Perjuangan)


Pendahuluan

1. Latar Belakang NDP
Adanya Nilai dasar perjuangan beerkaitan dengan kondisi gerakan HMI waktu itu. Pada tahun 1960 –an Cak Nur melihat CGMI sudah mempunyai kumpulan materi yang menjadi dasar pijakan bgai pergerakan organisasi. Kemudian Cak Nur bersama Muslim Abdurrahman, Imadudin Ibrahim, Endang Syaifudin, bersama-sama merancang ide nilai yang menjadi landasan pijak dalam bergerak di HMI, yang kemudian kita kenal dengan NDP. Artinya memahami NDP tidak dapat lepas dari kepribadian para perumus dan pemikirannya.  Mengenai Cak Nur, racikan mengenai NDP didapat dalam perjalanannya ke negara-negara arab di Timur tengah, pemikiran Fazlur Rahman (sebagai data sekunder), dan hasil pemotretan terhadap kondisi masyarat Indonesia sejak dulu.
Substansi NDP memunculkan ideologi HMI, yaitu Islam keindonesiaan. NDP berakar pada nilai-nilai keislaman, Indonesia, keorganisasian. Apakah NDP sebuah ideologi tidak. karena ideologi berkaitan dengan  sikap praksis yang pastinya material. Ideologi juga cenderung memisahkan antara iman (percaya) dan amal, walaupun sifatnya yang bisa lintas agama. Sedangkan iman bukan referensi, tapi perlu karena berdasarkan rasionalisasi dan keyakinan. Unutk itu NDP lebih sebgai tafsir atas ideology. Sebagai tafsir, NDP hanya dianggap sebagai “pasar” agama – bahwa diperbolehkan ada pilihan yang baik juga selain NDP. Dalam konteks HMI sendiri, sangat sulit dihomogenkan, Karena sangat plural nilai yang dianut, apalagi dalam situs ritual yang privat. NDP memepunyai misi dan kewajiban unutk melakukan perubahan, caranya dengan melakukan regenerasi nilai (mengkader  dan dikader). Implikasinya, terciptanya masyaraat yang egaliter.

Ikhtisar

Kebutuhan Manusia akan kepercayaan

            Manusia dalam hidupnya selalu mengawali aktivitasnya dengan meniatkan untuk melakukan sesuatu. Bahkan tidak meniatkan untuk melakukan sesuatu pun  juga pada dasarnya meniatkan untuk tidak melakukan niat terhadap sesuatu. Karena niat adalah landasan esensi dalam melakukan sesuatu. Landasan esensinya adalah percaya, kepercayaan. Lalu bagaimana dengan keraguan? Bukankah niat juga dapat berubah karena ada yang meragukan untuk meneruskan niatnnya.. Sehingga ada peristiwa/ berita yang sering kita temui bahkan yang kita alami sendiri, misalnya; si A mengurungkan niatnya karena “takut” diketahui   berbuat jahat dan masuk bui. Redaksi kata “takut” diketahui , punya makna simbolik ada bentuk keraguan di dalamnya.
Bentuk keraguan, adalah tetap ada rasa percaya untuk ragu pada ragam pilihan. Oleh karena itu maka orang yang pilihan niatannya ragu, kita menyebutnya sebagai orang yang bimbang, “plin-plan”. Pilihan percaya menjadi lebih dari satu, padahal secara alamiah manusia hanya akan melakukan aktivitas yang paling meyakinkan, menguntungkan,  dia. Dan itu hanya satu yang ter- awal yang dikerjakan. Persoalan dia tetap menjalankan semua ragam pilihan dan keinginan,  tetap saja secara “sunntulloh” dalam konteks waktu dan ruang manusia hanya dapat menjalankan satu aktivitas. Artinya percaya bagi manusia adalah suatu kebutuhan yang mendasar. Lalu ada persoalan yag sangat mendasar, mnusia perlu percaya pada apa, siapa, dan bagaimana?
           
Percaya terhadap kebenaran
Telah disinngung bahwa manusia secara alamiah akan menggunakan kepercayaan yang ia punya untuk melakukan aktivitasnya dalam rangka survival di dunia. Selain karena kebutuhana, kepercyan itu harus benar. Apabila salah, maka akan berdampak “kontradiksi” terhadap pribadi. Padahal semua yang di alam ini menganut prinsip non – kontradiksi (Andito, : 5) Kepercayaan yang dianut lambat laun akan menjadi karakter dan tata nilai yang dipegang teguh dan melembaga (Sthepen R. Covey, :  )..
Persoalannya apakah cukup dengan itu?. Padahal manusia hidup bersama dengan makhluk lain, bersama dengan yang sejenisnya – dalam bahasa kita ia makluk dengan dimensi social. Oleh karena itu nilai yang dianut diwariskan secata turun – temurun, mengikat anggota kelompok masyarakat yang mendukungnya (hasil Konggres PB HMI, 2003 :  ). Kepercayan itu menjadi ajaran, dogma bagi kelompoknya. Dan akan menjadi persolan jika nilai yang dianut tidak terus dieksperimentasikan, diuji coba keabsahannya, dalam ranah perkembangan peradaban, Terus dinterprestasi apakah sesuai antara yang dilihat dan diharapakan (das sein-das sollen). Nilai itu justru akan merugikan peradaban manusai itu sendiri (kontradiksi secara massal). Unutk itu kepercayan yang dianut harus yang paling hakiki, paling mutlak – absolut.

Bagaimana percaya yang hakiki
Secara saintis manusia dalam memahami sesuatu dibekali wadah berpikir, yaitu otak, yang terbagi menjadi otak kiri dan kanan.. Otak kiri berkaitan dengan logika, rasionalitas – berkaitan pemahaman rill  dan fakta terhadap alam semesta. Sifat berpikirnya empiris,  linear, dapat diuji, materi, logis dan saintis.  Digunakan sebagai bentuk antitesa terhadap pencarian otak kanan – yang sifatnya subyektif, holistis, analisis, rasa yang digunakan berlebihan (kun nurachadijat, 2003 :4-10). Sedangkan manusia mengandalkan bukti materi secara alamiah. Otak kiri berkaitan dengan pencarian terhadap hakikat yang rill pada alam semesta  sedang pada otak kanan dilakukan pencarian melalui tata nilai, ajaran yang telah menjadi dogma dalam masyarakat tertentu Kita menyebutnya kitab suci. Elaborasi yang digunakan diawali prinsip kausalitas – logis.  Kemudian di “mix” dengan sifat berfikir otak kanan agar seimbang. Bagimanapun mengandalkan otak kiri saja juga akan terbelenggu dengan materi yang terbatas juga.Konsekuensi logis dari kesimpula yang dapat diambil, dalam disipli keilmuan biologi, dikenal tiga jenis kemungkinan hubungan (simbiosis), yaitu simbiosis parasitisme (salah satu ada yang merugi), komensalisme (+  dan 0 atau 0 dan +), serta mutualisme (+ dan +). Dapat disimpulkan, simbiosis mutualisme = ibadah, komensialisme (memiliki spectrum dari makruh hingga mubah), dan parasitisme (dosa).
Dalam literature keislaman yang lain, percaya yang hakiki adalah dengan beriman,.  Iman dalam islam melibatkan kebenran sejati, bukan prasangka. Objek keimanan mengekspresikan realitas obyektif terhadap sesuatu. Nabi Muhammad mendefinisikan kata iman dengan sabdanya, “iman dalah sebuah pengakuan dalah hati, pengucapan dengan lisan, dan aktivitas badan” (sachiko Muratta dan W.C.. Smith, 1997 : 2). Qolb –sebuah kata di dalam alquran yang sering digunakan dalam konteks iman Ia merupakan potensi fikir yang merupakan organ spritual yang membedakan keberadaan manusia dengan non- manusia. Biasanya kita mengungkapnnya dengan intelegensia. Dalam bahasa filosofis ia dapat disandingkan dengan berakal.
Menurut Alquran, yang dimaksud binatang berakal adalah binatang yang berhati, “mereka itu tidak lain hanyalah binatang ternak, bahakan mereka lebih sesat di dalamnya (SQ. 25 :44), disebutkan juga hanya hati yang sehat, hati yang mampu memahami sesuatu secara “nature” adalah hati yang mampu menghayati realitas hakiki (SQ. 7:179, 22 :46, 47:24, 2 :9-10, 83 : 14, 58 :22, 48 :4). Iman juga berkaitan dengan perkataan. Perkataan adalah media pengungkapan isi hati dan komunikasi dengan sesuatu yang lain (komunikan dan kominikator). Perkataan dapat saja diungkapkan lisan, tulisan, atau non verbal. Perkataan mempunyai lambang logika. dan diungkapkan dengan “bahasa”.Kita dapat memahami sesuatu karena ada “perkataan, bahasa yang terungkap” (Andito, : ). Bahkan Tuhan sendiri menciptakan alam ini dengan perkataan. “ (SQ. 16 :40). Tuhan memberikan petunjuk juga dengan perkataan melalui kitab suci yang dibawa para  nabi. Manusia pun dalam setiap aktivitas terhadap yang diyakininya melalui “perkataan”, seperti berdo’a. Artinya perkataan menandai kedirian manusia yang paling esensi.
Iman ternyata tidak cukup dengan dua hal tadi. Iman yang sempurna harus disertai dengan aksi, perbuatan, aktivitas angggota badan.. Dari hal itu kita selalu terdorong unutk tetap menyakini nilai yang kita anut, karena setelah dilakukan (dengan perbuatan). Kita tahu apakah hal itu menguntungkan, bermanfaat atau tidak buat diri manusia. Kita juga jadi tahu, mana nilai yang salah dan benar. Semua yang ada di dunia ini mempunyai “pembanding”. Manusia dapat tahu api itu panas dan berbahaya jika membesar karena ia tahu ada hal lain yang lebih menguntugkan yaitu air, misalnya.. Secara manusiawi manusia hanya dapat melihat yang sifatnya materi saja (empiris). Oleh karena itu, iman adalah konsistensi proses pada tiga point tadi (SQ. 61 :13). Sedangkan bila ukuran keimanan hanya hati, ia tidak dapat dijamin kevalidtannya, bisa dilihat (SQ. 9:8, 33 :51).
Apakah itu cukup dapat menjangkau yang hakiki?

Mengetahui Kedirian, siapa kita ?
            Apabila kita perlu tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak? Harusnya kita juga tahu sebelumnya, siapa kita?. Karena jika adanya manusia disengaja pasti mempunyai konsekuensi hukum untuk apa diciptakan? Seperti halnya kenapa kita perlu minum air, juz, syrup dll., karena kita yakin dan tahu bahwa kita haus dan minum adalah aktivitas yang akan membuat kita bertahan. Berkaitan dengan itu berarti ada syarat sebagai bentuk unsur kesengajaan. Syarat itu, adalah pengetahuan, motivasi/motif, kehendak, daya upaya/kerja/usaha yang dilakukan. Jika tidak memenuhi syarat itu , kita menyebutnya tidak ada unsur kesengajaan. Tujuan disengaja secara alamiah unutk mempertahankan, memperlihatkan eksistensi.


Daftar Pustaka

R. Covey, Stephen, 7 kebiasan manusia yang sangat efektif,  Bina Aksara Rupa, Jakarta,

Nurachadijat, Kun, 2003, Nilai Dasar Perjuangan mengobarakan kembali Api Prestatif  Dien Rahmat bagi Alam Semesta, Jakarta

Murata, Sachiko dan Chittik C. William, 1997, Trilogi Islam: Islam, Iman, Ihsan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Maskur Ahmad, Dahri, 2002, Buku Saku Nilai Dasar Perjuangan, HMI Cabang Palembang, Palembang

Badko HMI Jawa Bagian Barat, 1988, Metodologi Pemahaman Nilai Identitas Kader – disampaikan pada konggres HMI ke-17 di Loksemawe, Aceh, Badko HMI Jawa Bagian Barat, Jawa Barat

Azhari Akmal, 2000, Nilai Dasar Perjuangan, HMI USU, Medan

Riyoko, Budi, 2003, Kumpulan Materi LK 1 dan Puisi,   LPL HMI Cabang Palembang kerjasama Kajian Rumah Pohon dan kebenaran Tak Bersarang, Palembang

Madjid, Nurcholish, 2001, Kumpulan Artikel Paramadina, www. paramadina.com

Tanpa nama, tanpa tahun, Modul Nilai Dasar Perjuangan, HMI Universitas Nasional Jakarta (HMI UNAS Jakarta), Jakarta

Madjid, Nurcholish, 1997, Islam Doktrin Peradaban, Yayasan Paramadina, Jakarta

Madjid, Nurcholish, 1997, Kehampaan Spritual masyarakat Modern,  Yayasan Paramadina, Jakarta



Yasien, Muhammad, 2000, Insan Yang Suci Konsep Fitrah Dalam Islam,  Mizan, Bandung

Syariati, Ali, 2001, Paradigma Kaum Tertindas, Al-Huda

Andito,tanpa tahun, Modul Filsafat Ilmu dan Hyperealitas, Jakarta

Andito,tanpa tahun, Modul Nilai Dasar Perjuangan unutk Moderator Lk 1, Jakarta

Hasil – hasil Konggres  PB HMI, 2003, Jakarta

















             

1 komentar:

  1. Hard Rock Hotel and Casino Lake Tahoe - Mapyro
    Find the best prices 평택 출장샵 for Hard Rock Hotel and Casino Lake Tahoe in Lake Tahoe 안동 출장마사지 (Nevada), USA. 문경 출장안마 Harrah's Lake Tahoe 서산 출장안마 Hotel & Casino is one of 세종특별자치 출장샵 the most popular resorts on the

    BalasHapus