Pendahuluan
1.
Latar Belakang NDP
Adanya
Nilai dasar perjuangan beerkaitan dengan kondisi gerakan HMI waktu itu. Pada
tahun 1960 –an Cak Nur melihat CGMI sudah mempunyai kumpulan materi yang
menjadi dasar pijakan bgai pergerakan organisasi. Kemudian Cak Nur bersama
Muslim Abdurrahman, Imadudin Ibrahim, Endang Syaifudin, bersama-sama merancang
ide nilai yang menjadi landasan pijak dalam bergerak di HMI, yang kemudian kita
kenal dengan NDP. Artinya memahami NDP tidak dapat lepas dari kepribadian para
perumus dan pemikirannya. Mengenai Cak
Nur, racikan mengenai NDP didapat dalam perjalanannya ke negara-negara arab di
Timur tengah, pemikiran Fazlur Rahman (sebagai data sekunder), dan hasil
pemotretan terhadap kondisi masyarat Indonesia sejak dulu.
Substansi NDP memunculkan ideologi HMI, yaitu Islam keindonesiaan. NDP
berakar pada nilai-nilai keislaman, Indonesia , keorganisasian. Apakah
NDP sebuah ideologi tidak. karena ideologi berkaitan dengan sikap praksis yang pastinya material.
Ideologi juga cenderung memisahkan antara iman (percaya) dan amal, walaupun
sifatnya yang bisa lintas agama. Sedangkan iman bukan referensi, tapi perlu
karena berdasarkan rasionalisasi dan keyakinan. Unutk itu NDP lebih sebgai
tafsir atas ideology. Sebagai tafsir, NDP hanya dianggap sebagai “pasar” agama
– bahwa diperbolehkan ada pilihan yang baik juga selain NDP. Dalam konteks HMI
sendiri, sangat sulit dihomogenkan, Karena sangat plural nilai yang dianut,
apalagi dalam situs ritual yang privat. NDP memepunyai misi dan kewajiban unutk
melakukan perubahan, caranya dengan melakukan regenerasi nilai (mengkader dan dikader). Implikasinya, terciptanya
masyaraat yang egaliter.
Ikhtisar
Kebutuhan Manusia akan kepercayaan
Manusia
dalam hidupnya selalu mengawali aktivitasnya dengan meniatkan untuk melakukan
sesuatu. Bahkan tidak meniatkan untuk melakukan sesuatu pun juga pada dasarnya meniatkan untuk tidak
melakukan niat terhadap sesuatu. Karena niat adalah landasan esensi dalam
melakukan sesuatu. Landasan esensinya adalah percaya, kepercayaan. Lalu
bagaimana dengan keraguan? Bukankah niat juga dapat berubah karena ada yang
meragukan untuk meneruskan niatnnya.. Sehingga ada peristiwa/ berita yang
sering kita temui bahkan yang kita alami sendiri, misalnya; si A mengurungkan
niatnya karena “takut” diketahui
berbuat jahat dan masuk bui. Redaksi kata “takut” diketahui , punya
makna simbolik ada bentuk keraguan di dalamnya.
Bentuk keraguan, adalah tetap
ada rasa percaya untuk ragu pada ragam pilihan. Oleh karena itu maka orang yang
pilihan niatannya ragu, kita menyebutnya sebagai orang yang bimbang,
“plin-plan”. Pilihan percaya menjadi lebih dari satu, padahal secara alamiah
manusia hanya akan melakukan aktivitas yang paling meyakinkan,
menguntungkan, dia. Dan itu hanya satu
yang ter- awal yang dikerjakan. Persoalan dia tetap menjalankan semua ragam
pilihan dan keinginan, tetap saja secara
“sunntulloh” dalam konteks waktu dan ruang manusia hanya dapat menjalankan satu
aktivitas. Artinya percaya bagi manusia adalah suatu kebutuhan yang mendasar.
Lalu ada persoalan yag sangat mendasar, mnusia perlu percaya pada apa, siapa,
dan bagaimana?
Percaya terhadap kebenaran
Telah disinngung bahwa manusia
secara alamiah akan menggunakan kepercayaan yang ia punya untuk melakukan
aktivitasnya dalam rangka survival di dunia. Selain karena kebutuhana,
kepercyan itu harus benar. Apabila salah, maka akan berdampak “kontradiksi”
terhadap pribadi. Padahal semua yang di alam ini menganut prinsip non –
kontradiksi (Andito, : 5) Kepercayaan yang dianut lambat laun akan menjadi
karakter dan tata nilai yang dipegang teguh dan melembaga (Sthepen R. Covey,
: )..
Persoalannya apakah cukup
dengan itu?. Padahal manusia hidup bersama dengan makhluk lain, bersama dengan
yang sejenisnya – dalam bahasa kita ia makluk dengan dimensi social. Oleh
karena itu nilai yang dianut diwariskan secata turun – temurun, mengikat
anggota kelompok masyarakat yang mendukungnya (hasil Konggres PB HMI, 2003
: ). Kepercayan itu menjadi ajaran,
dogma bagi kelompoknya. Dan akan menjadi persolan jika nilai yang dianut tidak
terus dieksperimentasikan, diuji coba keabsahannya, dalam ranah perkembangan
peradaban, Terus dinterprestasi apakah sesuai antara yang dilihat dan
diharapakan (das sein-das sollen). Nilai itu justru akan merugikan peradaban
manusai itu sendiri (kontradiksi secara massal). Unutk itu kepercayan yang
dianut harus yang paling hakiki, paling mutlak – absolut.
Bagaimana percaya yang hakiki
Secara saintis manusia dalam
memahami sesuatu dibekali wadah berpikir, yaitu otak, yang terbagi menjadi otak
kiri dan kanan.. Otak kiri berkaitan dengan logika, rasionalitas – berkaitan
pemahaman rill dan fakta terhadap alam
semesta. Sifat berpikirnya empiris,
linear, dapat diuji, materi, logis dan saintis. Digunakan sebagai bentuk antitesa terhadap
pencarian otak kanan – yang sifatnya subyektif, holistis, analisis, rasa yang
digunakan berlebihan (kun nurachadijat, 2003 :4-10). Sedangkan manusia
mengandalkan bukti materi secara alamiah. Otak kiri berkaitan dengan pencarian
terhadap hakikat yang rill pada alam semesta
sedang pada otak kanan dilakukan pencarian melalui tata nilai, ajaran
yang telah menjadi dogma dalam masyarakat tertentu Kita menyebutnya kitab suci.
Elaborasi yang digunakan diawali prinsip kausalitas – logis. Kemudian di “mix” dengan sifat berfikir otak
kanan agar seimbang. Bagimanapun mengandalkan otak kiri saja juga akan
terbelenggu dengan materi yang terbatas juga.Konsekuensi logis dari kesimpula
yang dapat diambil, dalam disipli keilmuan biologi, dikenal tiga jenis
kemungkinan hubungan (simbiosis), yaitu simbiosis parasitisme (salah satu ada
yang merugi), komensalisme (+ dan 0 atau
0 dan +), serta mutualisme (+ dan +). Dapat disimpulkan, simbiosis mutualisme =
ibadah, komensialisme (memiliki spectrum dari makruh hingga mubah), dan parasitisme
(dosa).
Dalam literature keislaman yang
lain, percaya yang hakiki adalah dengan beriman,. Iman dalam islam melibatkan kebenran sejati,
bukan prasangka. Objek keimanan mengekspresikan realitas obyektif terhadap
sesuatu. Nabi Muhammad mendefinisikan kata iman dengan sabdanya, “iman dalah
sebuah pengakuan dalah hati, pengucapan dengan lisan, dan aktivitas badan”
(sachiko Muratta dan W.C.. Smith, 1997 : 2). Qolb –sebuah kata di dalam alquran
yang sering digunakan dalam konteks iman Ia merupakan potensi fikir yang
merupakan organ spritual yang membedakan keberadaan manusia dengan non-
manusia. Biasanya kita mengungkapnnya dengan intelegensia. Dalam bahasa
filosofis ia dapat disandingkan dengan berakal.
Menurut Alquran, yang dimaksud
binatang berakal adalah binatang yang berhati, “mereka itu tidak lain hanyalah
binatang ternak, bahakan mereka lebih sesat di dalamnya (SQ. 25 :44),
disebutkan juga hanya hati yang sehat, hati yang mampu memahami sesuatu secara
“nature” adalah hati yang mampu menghayati realitas hakiki (SQ. 7:179, 22 :46,
47:24, 2 :9-10, 83 : 14, 58 :22, 48 :4). Iman juga berkaitan dengan perkataan.
Perkataan adalah media pengungkapan isi hati dan komunikasi dengan sesuatu yang
lain (komunikan dan kominikator). Perkataan dapat saja diungkapkan lisan,
tulisan, atau non verbal. Perkataan mempunyai lambang logika. dan diungkapkan
dengan “bahasa”.Kita dapat memahami sesuatu karena ada “perkataan, bahasa yang
terungkap” (Andito, : ). Bahkan Tuhan sendiri menciptakan alam ini dengan
perkataan. “ (SQ. 16 :40 ).
Tuhan memberikan petunjuk juga dengan perkataan melalui kitab suci yang dibawa
para nabi. Manusia pun dalam setiap
aktivitas terhadap yang diyakininya melalui “perkataan”, seperti berdo’a.
Artinya perkataan menandai kedirian manusia yang paling esensi.
Iman ternyata tidak cukup
dengan dua hal tadi. Iman yang sempurna harus disertai dengan aksi, perbuatan,
aktivitas angggota badan.. Dari hal itu kita selalu terdorong unutk tetap
menyakini nilai yang kita anut, karena setelah dilakukan (dengan perbuatan).
Kita tahu apakah hal itu menguntungkan, bermanfaat atau tidak buat diri
manusia. Kita juga jadi tahu, mana nilai yang salah dan benar. Semua yang ada
di dunia ini mempunyai “pembanding”. Manusia dapat tahu api itu panas dan
berbahaya jika membesar karena ia tahu ada hal lain yang lebih menguntugkan
yaitu air, misalnya.. Secara manusiawi manusia hanya dapat melihat yang
sifatnya materi saja (empiris). Oleh karena itu, iman adalah konsistensi proses
pada tiga point tadi (SQ. 61 :13). Sedangkan bila ukuran keimanan hanya hati,
ia tidak dapat dijamin kevalidtannya, bisa dilihat (SQ. 9:8, 33 :51).
Apakah itu cukup dapat menjangkau yang hakiki?
Mengetahui Kedirian, siapa kita ?
Apabila
kita perlu tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak? Harusnya kita
juga tahu sebelumnya, siapa kita?. Karena jika adanya manusia disengaja pasti
mempunyai konsekuensi hukum untuk apa diciptakan? Seperti halnya kenapa kita
perlu minum air, juz, syrup dll., karena kita yakin dan tahu bahwa kita haus
dan minum adalah aktivitas yang akan membuat kita bertahan. Berkaitan dengan
itu berarti ada syarat sebagai bentuk unsur kesengajaan. Syarat itu, adalah
pengetahuan, motivasi/motif, kehendak, daya upaya/kerja/usaha yang dilakukan.
Jika tidak memenuhi syarat itu , kita menyebutnya tidak ada unsur kesengajaan.
Tujuan disengaja secara alamiah unutk mempertahankan, memperlihatkan
eksistensi.
Daftar Pustaka
R. Covey,
Stephen, 7 kebiasan manusia yang sangat efektif, Bina Aksara Rupa, Jakarta ,
Nurachadijat,
Kun, 2003, Nilai Dasar Perjuangan mengobarakan kembali Api Prestatif Dien Rahmat bagi Alam Semesta, Jakarta
Murata,
Sachiko dan Chittik C. William, 1997, Trilogi Islam: Islam, Iman, Ihsan,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Maskur
Ahmad, Dahri, 2002, Buku Saku Nilai Dasar Perjuangan, HMI Cabang Palembang , Palembang
Badko HMI
Jawa Bagian Barat, 1988, Metodologi Pemahaman Nilai Identitas Kader –
disampaikan pada konggres HMI ke-17 di Loksemawe, Aceh, Badko HMI Jawa
Bagian Barat, Jawa Barat
Azhari
Akmal, 2000, Nilai Dasar Perjuangan, HMI USU, Medan
Riyoko,
Budi, 2003, Kumpulan Materi LK 1 dan Puisi, LPL HMI Cabang Palembang kerjasama Kajian
Rumah Pohon dan kebenaran Tak Bersarang, Palembang
Madjid,
Nurcholish, 2001, Kumpulan Artikel Paramadina, www. paramadina.com
Tanpa nama,
tanpa tahun, Modul Nilai Dasar Perjuangan, HMI Universitas Nasional
Jakarta (HMI UNAS Jakarta), Jakarta
Madjid,
Nurcholish, 1997, Islam Doktrin Peradaban, Yayasan Paramadina, Jakarta
Madjid,
Nurcholish, 1997, Kehampaan Spritual masyarakat Modern, Yayasan Paramadina, Jakarta
Yasien,
Muhammad, 2000, Insan Yang Suci Konsep Fitrah Dalam Islam, Mizan, Bandung
Syariati,
Ali, 2001, Paradigma Kaum Tertindas, Al-Huda
Andito,tanpa
tahun, Modul Filsafat Ilmu dan Hyperealitas, Jakarta
Andito,tanpa
tahun, Modul Nilai Dasar Perjuangan unutk Moderator Lk 1, Jakarta
Hasil – hasil Konggres PB HMI, 2003, Jakarta
Hard Rock Hotel and Casino Lake Tahoe - Mapyro
BalasHapusFind the best prices 평택 출장샵 for Hard Rock Hotel and Casino Lake Tahoe in Lake Tahoe 안동 출장마사지 (Nevada), USA. 문경 출장안마 Harrah's Lake Tahoe 서산 출장안마 Hotel & Casino is one of 세종특별자치 출장샵 the most popular resorts on the